Kamis, 22 Agustus 2013

Masa Remaja Masa yang Indah

Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan kemudian menjadi orang tua, hanyalah merupakan proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap tugas perkembangan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa perkembangan yang harus dilalui oleh seorang  manusia. Setiap masa perkembangan memiliki ciri-ciri tersendiri. Dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja, dimana pada masa ini remaja sering dianggap sebagai masa yang penuh gejolak, para ahli sering mengistilahkan sebagai “masa badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Masa remaja sering menimbulkan kekhawatiran para orang tua, sebaliknya bagi remaja sendiri yang mengalaminya, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam kehidupannya.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun dan akhir masa remaja adalah usia 17 atau 18 tahun. Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya atau sesudahnya. Salah satu cirinya, adalah masa remaja sebagai usia bermasalah, dikarenakan remaja merupakan masa peralihan di mana seorang remaja sudah tidak patut lagi dikatakan anak-anak disisi lain, juga belum “wangun plus masih wagu” bila dikatakan orang dewasa, sehingga kadang-kadang mereka dalam mencari pola hidup yang sesuai dirinya dilakukan dengan cara coba-coba. Kesalahan demi kesalahan sering diperbuat, hingga banyak menimbulkan kekhawatiran lingkungannya (baca : orang tua/ guru). Kesalahan yang menimbulkan masalah bagi lingkungan inilah yang sering dikatakan sebagai kenakalan remaja.




Beberapa faktor timbulnya kenakalan remaja:
1.    Faktor Keluarga
Keluarga merupakan awal pembentuk kepribadian anak remaja. Kenakalan remaja bisa jadi merupakan hasil pengaruh pola asuh orang tua, diantaranya adalah kurang kasih sayang dari orang tua, disiplin orang tua yang tidak konsisten, perlakuan orang tua yang terlalu keras pada anak.
2.    Faktor Teman Bermain
Seorang teman bagi remaja adalah segala-galanya, di kalangan remaja memiliki  banyak teman merupakan suatu prestasi yang membanggakan, semakin banyak teman, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mempunyai teman di kalangan orang terkenal atau orang terkaya, misal : anak seorang pejabat atau artis terkenal. Bahkan orangtua pun sangat bangga bila anaknya mempunyai teman bergaul di kalangan tertentu tersebut. Walaupun kebanggaan tersebut bersifat semu belaka, karena bila tidak dapat mengimbangi pola/ gaya hidupnya, remaja akan timbul frustasi yang pada akhirnya akan melarikan kekecewaannya pada obat-obatan terlarang, mencuri, stress dll.
3.    Penggunaan Waktu Luang dan Uang Saku
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya orang tua juga ikut memikirkannya pula. Sebab adakalanya waktu luang oleh remaja diisi dengan kegiatan-kegiatan yang kurang baik misalnya ngebut tanpa pakai helm, nongkrong di pinggir jalan sampai larut malam, minum-minuman keras. Oleh karena itu orang tua harus dapat memberi perhatian pada keluarga dengan cara mengisi waktu luang dengan acara keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Sedang berkaitan dengan uang saku, orang tua kadang kala dalam memberikan uang saku anaknya “melebihi apa yang seharusnya”. Banyak orang tua berpandangan bahwa dengan uang saku banyak anak remaja akan lebih giat belajar, lebih rajin dan patuh. Tapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa anak yang diberi uang saku banyak sering menggunakan uang dengan boros dan berfoya-foya. Pemberian uang saku kepada remaja memang harus dilakukan, namun orang tua harus juga memberikan pengertian kepada anak untuk bisa menghargai uang bahwa uang dapat diperoleh dengan kerja dan kucuran keringat maka anak harus dibiasakan untuk menghargai uang dengan cara menabung.
4.    Pergaulan Bebas
Di zaman ini kebebasan bergaul sudah di ambang mengkhawatirkan. Remaja sekarang sudah sangat “transparan” dalam bergaul dengan lawan jenis. Kalau ditengok tempat rekreasi, banyak remaja dengan cueknya bergandeng tangan bahkan berangkulan mesra tanpa malu-malu lagi. Mereka sudah kenal pacaran di awal remaja, bagi remaja punya pacar dapat meningkatkan kepercayaan diri (PD) bahkan dengan bangganya pacarnya sering dikenalkan dengan teman-teman sekelompoknya, saking bebasnya pacaran dan minimnya pengetahuan tentang seks,akibatnya banyak yang hamil di luar nikah. Oleh karena itu orang tua harus jeli dalam melihat pergaulan anak-anaknya, terutama anak remaja yang sudah mempunyai pacar, dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan, di sisi lain orang tua hendaknya selalu menjalin komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orang tua, remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual.

5.    Pengaruh Teknologi dan Media Massa
Di zaman teknologi maju ini segala informasi mudah mengaksesnya, satu sisi kemajuan di bidang teknologi berpengaruh positif dan disisi lain bersifat negatif.
Dari sisi negatif dapat ditengok berbagai sajian dari majalah maupun televisi sekarang ini banyak menyodorkan berbagai gambar yang sangat vulgar dan tidak pantas dikonsumsi oleh remaja, sama halnya dengan teknologi internet, remaja sering mampir di café internet hanya ingin melahap gambar-gambar porno maupun bermain games.
Di sini orang tua perlu sekali mengarahkan anaknya untuk bisa memeilih informasi yang bermanfat dan yang tak berguna, selain itu orang tua hendaknya membekali anak remaja dengan agama yang kuat.
Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Sesibuk apapun pekerja
an orang tua, hendaknya bisa memberikan arahan, pedoman dasar tentang pergaulan anak remajanya. Dengan bekal tersebut anak kemana saja pergi akan selalu ingat pesan orang tua dan dapat menjaga dirinya sendiri. Anak menjadi mandiri dan dapat dipercaya, karena dirinya sendirilah yang akan mengendalikan dirinya sendiri.

Adapun salah satu diantara caranya adalah sebagai berikut:
1.    Pola asuh Orang tua
Remaja berbuat anti sosial salah satunya adalah cara mendidik anak remaja dengan didikan “ala militer yang membabi buta”. Kurangnya kasih sayang dari orang tuanya dan sejenisny, berbagai studi mengatakan bahwa anak-anak nakal lebih cenderung berasal dari keluarga berantakan (broken home). Banyak ilmuwan sosial dan orang awam beranggapan bahwa banyak anak-anak nakal merupakan korban 
penyimpangan sosial dari kondisi keluarga abnormal. Melihat hal tersebut di atas, orang tua perlu memberi perhatian dan keteladanan bagi para remaja di dalam keluarga.
1.    Malu berbuat jahat
Dalam memberikan pendidikan orang tua hendaknya tegas dapat menunjukkan kepada anak perbedaan dan akibat dari perbuatan baik dan tidak baik. Apabila anak sudah jelas dapat membedakan kebaikan dan keburukan, tahap berikutnya adalah menumbuhkan rasa malu untuk melakukan kejahatan. orang tua bila mengetahui bahwa anaknya melakukan suatu perbuatan tidak pantas maka katakan segera bahwa hal itu memalukan. Baru berikan saran agar tidak mengulangi perbuatan lagi, bila perbuatan masih diulangi, berilah sangsi, tentunya dengan hukuman yang mendidik.
2.    Takut akibat perbuatan jahat
Apabila anak bertambah besar, orang tua selain menunjukkan bahwa suatu perbuatan tertentu tidak pantas, memalukan untuk dilakukan anaknya, maka orang tua juga memberikan uraian tentang akibat yang ditimbulkan dari perbuatan buruknya. Selain akankena anak itu (baca: hukum karma) sendiri juga perlu diterangkan pula dampak negatif yang akan diterima pula oleh orang tua, saudaranya serta lingkungannya.


Dengan rasa kasih sayang dan menumbuhkembangkan perasaan malu dan  takut melakukan perbuatan yang tidak baik ataupun berbagai bentuk kejahatan inilah yang akan menjadi “Penjaga setia” dalam diri setiap remaja. Kemanapun remaja pergi, ia akan selalu mengingat dan melaksanakan pesan orang tua. Ia akan dapat menempatkan dirinya sendiri dalam lingkungan apapun juga sehingga akan mampu membahagiakan dirinya, orangtua dan juga lingkungannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar