Apa yang dilakukan anak-anak yang tidak tahu bahwa apa yang dianggap sebagai sebuah keisengan ternyata menjadi sebuah petaka yang mengakhiri kelanjutan studi. memang merupakan suatu hal yang sangat dilema disisi lain kiata menggalakkan wajib belajar 9 tahun. Dan semua sepakat bahwa hal itu dicangankan disekolah sekolah. Namun dalam mencapai proses pendidikan disekolah tersebut anak-anak yang berada disekolh harus bisa mentaati segala peraturan yang mengikat ketika menjadi siswa sisekolah.
Dalam perjalanan waktu tersebut dapat dijumpai beberapa siswa yang tidak masuk lelas, otomatis hal ini akan menunda waktu belajar disekolah. Bahkan bukan hanya itu saja dalam perjalanan siswa dari semester semester banyak berguguran siswa mereka dengan sengaja sudah tidak mau masuk sekolah lagi dengan berbagai alasan klasik misalnya ngambek pada orang tua karena tidak dituruti apa yang mereka mau (misalnya minta HP tidak dituruti minta dibelikan motor tidak dituruti.). begitu juga alasan siswa yang memang sengaja tidak masuk sekolah karena memang mereka terlibat dengan pelanggaran berat disekolah sehingga terpaksa dikembalikan ke orangtua.
Untuk yang terakhir ini setiap tahun pasti ada siswa yang harus dikembalikan karena melakukan kesalahan fatal. Contohnya sebuah kejadian dibulan Ramadhan pada "Mabit". Sangat miris sekali dan prihatin ada siswa yang berbuat itu pakah anak usia Mts yang setiap hari belajar tentang ilmu keagamaan sampai tidak thu akan najis, bahkan menganggap hal itu hanya sebuah keisengan lelucon semata??? Hal yang sudah wajar kalau kemuadian hal itu dijadikan alasan utama membuat konferensi kasus. Dan akhirnya sebuah kesalahan fatal tersebut sudah diputuskan. Dan sekolah senantiasa berfikir itukah yang yerbaik bagi dia, dia tetap bisa melanjutkan sekolah ditempat yang lain.
Sekilas kisah tentang anak itu ( dari berbagai info ) adalah seorang anak