Kepribadian
orang adalah suatu segi yang terpenting dari sumber daya manusia. Kini telah
diakui oleh semua pihak bahwa mutu sumber daya manusia merupakan hal terpenting
dalam pembinaan suatu bangsa dan pembangunan negaranya. Kalau kualitas sumber
daya manusia itu rendah, misalnya pribadinya cenderung non produktif (kata
halus untuk “malas”) atau wataknya tidak mempunyai integritas (kata mentereng
untuk “kejujuran”) maka segala usaha pembangunan bangsa itu akan sia-sia. Untuk
mencapai tujuan pendidikan, setiap siswa Indonesia harus mengatur dan mengelola
dirinya secara sebaik-baiknya. Segenap langkah dan tindakan mengatur dan
mengelola diri itu termasuk pengertian manajemen diri. Manajemen diri berarti
mendorong diri sendiri utnuk maju, mengatur semua unsur potensi pribadi,
mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan
berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Oleh karena itu,
manajemen diri bagi siswa mencakup sekurang-kurangnya 4 bentuk perbuatan
sebagai berikut:
1. Pendorongan diri
2. Penyusunan diri
3. Pengendalian diri
4. Pengembangan diri
Syarat
pertama bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya adalah pendorongan diri.
Ini ialah dorongan psikologis dalam diri seseorang yang merangsangnya sehingga
mau melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang didambakan. Suatu
motivasi akan kuat kalau timbul dalam diri sendiri tanpa dorongan dari orang lain
atau hal luar. Motivasi yang kuat untuk melakukan belajar pada diri seseorang siswa
bersumber misalnya kesenangan membaca, keingintahuan terhadap pengetahuan baru,
dan hasrat pribadi untuk maju. Motivasi yang didorong oleh sesuatu dari luar
ialah misalnya perintah dari orang tua untuk memasuki sesuatu fakultas tertentu
atau ikut-ikutan teman mengambil les bahasa Jepang. Motivasi yang demikian itu
biasanya lemah atau mudah padam karena tidak timbul dari hati sanubari siswa
sendiri.
Pendorongan
diri yang kuat akan melahirkan minat yang besar untuk melakukan studi dengan
sepenuh kemampuan. Pada kelanjutannya minat seseorang siswa yang besar akan
mendatangkan hasil belajar yang memuaskan karena ia dapat melakukan
konsentrasi, tidak terganggu perhatiannya oleh hal lain, mudah memahami
pelajarannya, mampu belajar untuk jangka waktu lama, dan karena bertambahnya
pengetahuan. Hasil belajar yang memuaskan itu pada akhirnya akan mengobarkan
motivasi sendiri yang lebih kuat lagi. Dengan demikian, terjadilah suatu mata
rantai lingkaran yang saling memacu secara menguntungkan dalam pelaksanaan
studi.
Bentuk
perbuatan yang kedua dalam manajemen diri ialah penyusunan diri. Ini ialah
pengaturan sebaik-baiknya terhadap pikiran, tenaga, waktu, tempat, benda dan
semua sumber daya lainnya dalam kehidupan seseorang siswa sehingga tercapai
efisiensi pribadi. Efisiensi pribadi adalah perbandingan terbaik antara setiap
kegiatan hidup pribadi siswa dengan hasil yang diinginkan. Contoh seorang siswa
yang perlu mengerahkan segenap tenaga ingatannya untuk menghafal bahan-bahan
pelajaran yang demikian banyak, hendaknya tidak membebani lagi otaknya dengan
urusan-urusan kecil seperti misalnya kapan dan jam berapa undangan pesta ulang
tahun seroang teman, kapan harus mengambil foto di studio dll. Semua itu
hendaknya dicatat saja pada lembar pengingat yang ditempel di dinding atau
karton pengumuman, karena seperti dikatakan suatu pepatah China terjemahan
bahasa Inggris “The palest ink is better than the most retentive memory” (Tinta
yang terpucat adalah lebih bak daripada ingatan yang terkuat). Ini bukan
kemalasan untuk mengingat-ingat, melainkan efisiensi pribadi.
Pada
pokoknya penyusunan diri atau pengorganisasian diri adalah merencanakan,
mengatur dan mengurus agar segala hal dalam diri sendiri atau menyangkut diri
pribadi dapat berlangsung secara tertib, lancar dan mudah.
Pengendalian
diri atau self control ialah perbuatan membina tekad untuk mendisiplin kemuan,
memacu semangat, mengikis keseganan dan mengerahkan energi untuk benar-benar melaksanakan
apa yang seharusnya dikerjakan dalam belajar. Rencana belajar, program studi
dan jadwal akademik lainnya yang telah ditetapkan tidak ada gunanya kalau
kemudian seseorang siswa tidak dapat mengendalikan tekadnya sampai mengerahkan
energinya untuk menyelesaikan. Memang kecenderungan bermalas-malasan, keinginan
mencari gampangnya keseganan berjerih payah melakukan konsentrasi, kebiasaan
menunda-nunda pelaksanaan tugas, belum lagi berbagai gangguan perhatian lainnya
seperti acara televise, iklan film atau ajakan teman, senantiasa menghinggapi
kebanyakan siswa. Kesemuanya itu hanya bisa ditangkis dan dilawan dengan
kontrol diri.
Melatih
kontrol diri itu harus sungguh-sunguh diusahakan dari waktu ke waktu oleh
setiap siswa yang ingin menjadi siswa yang unggul. Seseorang siswa dapat mulai
mencoba dengan hal-hal kecil, misalnya mematikan tombol radio atau televisi
yang tebgah dinikmatinya dan terus bertekad membuka buku pelajarannya untuk
dibaca. Mula-mula memang menimbulkan frustasi dalam diri siswa sehingga ia
tidak mudah menciptakan konsentrasi belajar. Namun,bilamana hal itu sudah
menjadi kebiasaan,selanjutnya tidak sulit untuk mengembangkan pengendalian
diri. Self control merupakan salah satu persyaratan yang tidak kalah pentingnya
ketimbang self motivation dan self
organization untuk mencapai sukses dalam studi.
Bentuk manajemen diri yang terakhir ialah pengembangan diri. Ini ialah
perbuatan menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal.
Pengembangan diri yang lengkap dan penuh cukup segenap sumber yang
kuat untuk melakukan belajar pada diri seseorang siswa bersumber misalnya
kesenangan membaca, keingintahuan terhadap pengetahuan baru, dan hasrat pribadi
untuk maju. Motivasi yang didorong oleh sesuatu dari luar ialah misalnya
perintah dari orang tua untuk memasuki sesuatu fakultas tertentu atau
ikut-ikutan teman mengambil les bahasa Jepang. Motivasi yang demikian itu
biasanya lemah atau mudah padam karena tidak timbul dari hati sanubari siswa
sendiri.
Pendorongan
diri yang kuat akan melahirkan minat yang besar untuk melakukan studi dengan
sepenuh kemampuan. Pada kelanjutannya minat seseorang siswa yang besar akan
mendatangkan hasil belajar yang memuaskan karena ia dapat melakukan
konsentrasi, tidak terganggu perhatiannya oleh hal lain, mudah memahami
pelajarannya, mampu belajar untuk jangka waktu lama, dan karena bertambahnya
pengetahuan. Hasil belajar yang memuaskan itu pada akhirnya akan mengobarkan
motivasi sendiri yang lebih kuat lagi. Dengan demikian, terjadilah suatu mata
rantai lingkaran yang saling memacu secara menguntungkan dalam pelaksanaan
studi.
Bentuk
perbuatan yang kedua dalam manajemen diri ialah penyusunan diri. Ini ialah
pengaturan sebaik-baiknya terhadap pikiran, tenaga, waktu, tempat, benda dan
semua sumber daya lainnya dalam kehidupan seseorang siswa sehingga tercapai
efisiensi pribadi. Efisiensi pribadi adalah perbandingan terbaik antara setiap
kegiatan hidup pribadi siswa dengan hasil yang diinginkan. Contoh seorang siswa
yang perlu mengerahkan segenap tenaga ingatannya untuk menghafal bahan-bahan
pelajaran yang demikian banyak, hendaknya tidak membebani lagi otaknya dengan
urusan-urusan kecil seperti misalnya kapan dan jam berapa undangan pesta ulang
tahun seroang teman, kapan harus mengambil foto di studio dll. Semua itu
hendaknya dicatat saja pada lembar pengingat yang ditempel di dinding atau
karton pengumuman, karena seperti dikatakan suatu pepatah China terjemahan
bahasa Inggris “The palest ink is better than the most retentive memory” (Tinta
yang terpucat adalah lebih bak daripada ingatan yang terkuat). Ini bukan
kemalasan untuk mengingat-ingat, melainkan efisiensi pribadi.
Pada
pokoknya penyusunan diri atau pengorganisasian diri adalah merencanakan,
mengatur dan mengurus agar segala hal dalam diri sendiri atau menyangkut diri
pribadi dapat berlangsung secara tertib, lancar dan mudah.
Pengendalian
diri atau self control ialah perbuatan membina tekad untuk mendisiplin kemuan,
memacu semangat, mengikis keseganan dan mengerahkan energi untuk benar-benar melaksanakan
apa yang seharusnya dikerjakan dalam belajar. Rencana belajar, program studi
dan jadwal akademik lainnya yang telah ditetapkan tidak ada gunanya kalau
kemudian seseorang siswa tidak dapat mengendalikan tekadnya sampai mengerahkan
energinya untuk menyelesaikan. Memang kecenderungan bermalas-malasan, keinginan
mencari gampangnya keseganan berjerih payah melakukan konsentrasi, kebiasaan
menunda-nunda pelaksanaan tugas, belum lagi berbagai gangguan perhatian lainnya
seperti acara televise, iklan film atau ajakan teman, senantiasa menghinggapi
kebanyakan siswa. Kesemuanya itu hanya bisa ditangkis dan dilawan dengan
kontrol diri.
Melatih
kontrol diri itu harus sungguh-sunguh diusahakan dari waktu ke waktu oleh
setiap siswa yang ingin menjadi siswa yang unggul. Seseorang siswa dapat mulai
mencoba dengan hal-hal kecil, misalnya mematikan tombol radio atau televisi
yang tebgah dinikmatinya dan terus bertekad membuka buku pelajarannya untuk
dibaca. Mula-mula memang menimbulkan frustasi dalam diri siswa sehingga ia
tidak mudah menciptakan konsentrasi belajar. Namun,bilamana hal itu sudah
menjadi kebiasaan,selanjutnya tidak sulit untuk mengembangkan pengendalian
diri. Self control merupakan salah satu persyaratan yang tidak kalah pentingnya
ketimbang self motivation dan self
organization untuk mencapai sukses dalam studi.
Bentuk
manajemen diri yang terakhir ialah pengembangan diri. Ini ialah perbuatan
menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal. Pengembangan
diri yang lengkap dan penuh cukup segenap sumber daya pribadi dalam diri
seseorang siswa. Menurut rincian David Cherrington, pengembangan diri dapat
dibedakan dalam 6 segi yang berikut:
1. Pengembangan fisik
Untuk menjaga dan memajukan
kesehatan.
2. Pengembangan sosial
Untuk meningkatkan berbagai
ketrampilan hubungan antar perorangan.
3. Pengembangan emosional
Untuk membina kesadaran diri yang
lebih besar dan kekokohan emosional.
4. Pengembangan intelektual
Untuk menambah kearifan,
pengetahuan dan ketrampilan
5. Pengembangan karakter
Untuk membina perilaku moral dan
etis.
6. Pengembangan spiritual
Untuk memupuk suatu kesadaran yang
lebih besar terhadap makna kehidupan.
Pendorongan diri, penyusunan diri dan pengendalian
diri hendaknya terutama ditujukan untuk membentuk dan mengembangkan berbagai
kebiasaan studi yang baik pada diri siswa yang ditunjukkan secara ajeg dari
waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah. Dengan demikian
sesungguhnay ada 2 acam kebiasaan studi, yang pertama ialah kebiasaan studi
yang baik yang membantu siswa menguasai pelajarannya, mencapai kemajuan studi
dan akhirnya meraih sukses di sekolah, atau yang kedua kebiasaan studi buruk
yang mempersulit siswa memahami pengetahuan, menghambat kemajuan studi dan
akhirnya mengalami kegagalan di sekolah.