Rita tiaswari

Perempuan, 25 tahun

Yogyakarta, Indonesia

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.
| ::

Navbar3

Cari Blog Ini

Selasa, 01 September 2015

RELIGIUSITAS REMAJA

REVIEW 2
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KECENDERUNGAN
PERILAKU DELIKUEN
       I.            BAB I
Apakah religiusitas berhubungan dengan kecenderungan perilaku delikuen  ( kenakalan) ?  Perilaku delikuen adalah  perilaku jahat atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda yang merupakan gejala sakit ( patologis ) secara sosial pada anak-anak dan remaja  yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka membentuk perilaku yang menyimpang.  Beberapa bentuk perilaku delikuen antara laib kebut-kebutan dijalan mengganggu keamanan lalu lintas, perilaku berandalan, urakan yang bersumber karena kelebihan energi, perkelahian antar gank, antar kelompok dan antar sekolah, antar suku, membolos sekolah dan bergelandangan sepanjang hari atau bersembunyi tempat terpencil, berpesta pora sambil mabuk-mabukan, kecanduan narkotika maupun penyimpangan perilaku  lainnya.
Dalam penelitian “Hubungan antara Religiusitas dan Kecenderungan Perilaku Delikuen ( Febri Rachmawati dan Dr.Sukarti ) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan  kecenderungan perilaku delikuen. Skala religiusitas terdirin dari aspek  religiusitas antara lain menurut Ancok (1994 )  :
1)      Iman ( seberapa kokoh keyakinan )
2)      Ihsan ( seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianut)
3)      Amal ( sejauhmana perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari)
4)      Ibadah ( sejauhmana pelaksanaan ibadah seseorang)
5)      Ilmu (seberapa jauh pengetahuan tentang agama)
Selain itu skala ukur perilaku delikuen disusun berdasarkan kenakalan remaja yang diambil dari teori Hurlock  dan Jensen ( Sarwono,2002) antara lain :
1)      Perilaku yang melanggar  aturan dan status
2)      Perilaku yang  mengakibatkan korban fisik
3)      Perilaku mengakibatkan korban materi
4)      Perilaku membahayakan orang lain
5)      Perilaku membahayakan diri sendiri


    II.            BAB II
Anak-anak remaja yang termasuk dalam delikuen pada umumnya kurang memiliki kontrol diri atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, mereka suka menegakkan standard tingkah laku sendiri kadangkala meremehkan keberadaan oranglain, sehingga kejahatan yang dilakukan pada umumnya disertai dengan unsur mental yang subjektif, sehingga motif yang mendorong mereka melakukan kenakalan tersebut antara lain dikarenakan hal sebagai berikut :
1)      Memuaskan kecenderungan keserakahan
2)      Meningkatkan agresifitas dan dorongan seksual
3)      Salah asuh atau salah didik orangtua,sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya
4)      Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru
5)      Kecenderungan pembawaan yang patologis dan abnormal
6)      Konflik batin sendiri, kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang iirasional.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orangtua sebagai figur tauladan bagi anak ( Hawari;1997). Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama  dari tempat kehadiran anak dan dan mempunyai fungsi  untuk menerima, merawat dan mendidik anak. Namun kenyataannya banyak remaja yang ketika ditengah keluarganya merasa tidak berarti, merasa terkungkung dan tidak berkembang, sehingga ketika dia bersama teman sebayanya menemukan komoensasi segala kekurangan ataupun hal yang tidak dijumpai ditengah keluarganya, sehingga keberadan komunitas pertemananya  para remaja merasa menemukan peranannya.
Kenakalan remaja itu sendiri sifatnya bisa psikis, interpersonal, antar personal dan kultural, maka kenakalan remaja dapat dibagi menjadi 4 kelompok  ( Kartini kartono:2005 ) antara lain:
1)      Kenakalan individual,  kenakalan yang muncul dikarenakan jasmniah dan mental yang dibawa sejak lahir, sehingga merupakan diferensiasi  biologis yang membatasi atau merusak kualitas fisik dan psikisnya
2)      Kenakalan situasional, kenakalan yang dilakukan anak normal, namun mereka banyak dipengaruhi berbagai kekuatan situasional stimuli sosial dan tekanan lingkungan, yang kesemuanya memberikan pengaruh menekan-memaksa pada pembentukan perilaku buruk.
3)      Kenakalan sistemik, merupakan kenakaln anak remaja yang siistematisir dalam satu organisasi  disertai pengaturan, status formal, peranan tertentu, nilai-nilai rite rite, norma-norma, rasa kebanggaan yang kesemuanya dirasionalisir dan dibenarkan diri sendirisegenap anggota kelompok.
4)      Kenakalan Kumulatif, merupakan produk konflik budaya dan merupakan hasil konflik batin kultural yang kontroversial, sehingga sesallu menimbulkan ketegangan sosial dan rasa kebencian , misalnya dikota besar terjadi banyak penyimpangan kejahatan.
Bagaimanakah religiusitas anak remaja kaitannya denhan kenakalan? Sejalan dengan penelitian ini religousiatas menjadi nilai yang multi demensi karena menyangkut banyak demensi yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan TuhanNya namun juga menyangkit kehidupan sosial  dan bagaimana mengatur dirinya sendiri. Konsep religiusitas pada masa remaja itu sendiri  mengalami suasana transisi yaitu situasi keagamaan yang berada dalam perjalanan menuju kedewasaa rasa religiusiatas yang menimbulkan rasa  tanggung jawab serta  menjadikan agama sebagai fiksafat hidup. Dinamika rasa keagamaan pada masa ini ditandai dengan  mulai berfingsinya conscience ( hati nurani ). Religiusitas pada masa remaja juga dipengaruhi adanya perkembangan emosi yang relatif masih kurang stabil, hal ini menimbulkan perasaan khawatir dan rasa kebingungan tersendiri.
      Akibatnya pada remaja yang kurang memahami makna religiusiatas agama yang dianutnya tersebut akan memiliki sifat kurang bertamggung jawab, sulit dikendalikan, perilaku yang sering melanggar aturan, sebaliknya anak yang mampu mengenal religiusitas keagamannya  akan mengembangkan sikap, keyakinan dan cara berfikir dan berperilaku tertentu yang berorientasi pada apa yang dilakukan dan tidak dilakukan kemudian menjadikanya dasar peningkatan kualitas hidup. Hasil dari pengaruh religiusitas ini sejalan dengan penelitian  yang dilakukan  dengan korelasi skala religiusiats dengan skala kenakalan remaja dengan Uji Product Moment Pearson untuk setiap aspek dari perilaku delikuen dan religiusitas didapat  kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1)      Perilaku yang merusak aturan dan status berkorelasi  negatif dn signifikant dengan  iman, (Rxy=-0,495, p=0,000) ihsan (Rxy=-0,283,p=0,014) amal(Rxy=-0,476), ibadah (Rxy=-0,416 p=0,000) dan ilmu(Rxy=-0,437 p=0,000)
2)      Perilaku yang membawa korban fisik berkorelasi negatif dan signifikant dengan iman (Rxy=-0,398 p=0,000 ,Ihsan( Rxy=-0,321 p=0,005),amal (Rxy=-0,0304 p=0,008), ibadah(Rxy=-0,290 p=0,012) dan ilmu Rxy=-0,364 p=0,001)
3)      Perilaku yang membawa korban materi berkorelasi negatif dan signifikan dengan iman ( Rxy =-0,503 p=0,000 ), ihsan ( Rxy=-0,296 p=0,010 ), amal (Rxy=-0,304 p=0,008), ibadah (Rxy=-0,290 p=0,012 ), ilmu.(Rxy=-0,364 p=0,001)
4)      Perilaku membahayakan oranglain berkorelasi negatif dan signifikan dengan Iman (Rxy=-0,678 p=0,000, Ihsan (Rxy=--0,237 p=0,041),Amal (Rxy=-0,428 p=0,000 ),Ibadah  (Rxy=-0,454 p=0,00 )dan Ilmu R(Rxy=-0,464 p=0,000)
5)      Perilaku membahayakan diri sendiri berkorelasi negatif dan signifikan dengan Iman (Rxy=-0,573 p=0,000,Ihsan Rxy=-0,342 p=0,003),Amal Rxy=-0,523 p=0,000),Ibadah ( Rxy=-0,534 p=0,00) dan Ilmu (Rxy=-0,534 p=0,000)

 III.            BAB III
Dengan adanya hasil penelitian diatas maka perlunya pengembangan hati nurani remaja dengan pendekatan kognitif dan afektif yang dapt membantu remaja penjelasan religius yang banyak bersifat abstrak dalam suasana yang lepas tekanan, karena dinamika perkembangan religiusitas  usia remaja mengalam
i berbagai situasi yang dipengaruhi oleh dinamika internal remaja itu sendiri, serta kreatifitas ekstrenal sebagai faktor luar yang kondusif bagi perkembangan religiusitas.
Berdasarkan adanya korelasi antara kenakalan dengan tingkat religiusitas remaja, maka dalam hal ini perlu dilakukan upaya menanggulangi kenakalan remaja antara lain dengan :
1)      Meningkatkan kesejahteraan keluarga
2)      Perbaikan lingkungan, misalnya sekitar daerah yang memerlukan adanya pembinaan keagamaan
3)      Mendirikan klinik bimbingan psikologis dalam upaya memperbaiki tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka.
4)      Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja.
5)      Memberikan latihan bagi remaja untuk hidup  teratur, tertib dan disiplin.

6)      Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program laytihan vokasional untuk mempersiapkan anak remaja delikuen sehingga siap didunia kerja.