Rita tiaswari

Perempuan, 25 tahun

Yogyakarta, Indonesia

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.
| ::

Navbar3

Cari Blog Ini

Senin, 03 Februari 2014

Sayangi aku ayah.......

Pagi ini aku masih enggan terbangun, rasanya aku belum sempat liburan, ternyata aktifitas baru segera dimulai. Kunyalakan komputer sambil menunggu suara adzan berkumandang, dan kucoba kembali file draft tentang Studi Kasus yang akan kutuangkan menjadi sebuah karya ilmiah,sejenak aku berfikir dan mencoba menggabungkan apa yang ada dibenakku dengan beragam teori tentang pola asuh anak. Dan penggalianku belum usai,ada banyak hal yang ingin menjadi foku, peran ayah bagi perkembangan anak.
Dari berbagai hasil "jajah desaku milang kori" istilah yang aku buat ketika lagi dinas luar.
  1. Si A, beberapa hari tidak masuk sekolah akhirnya ketika aku ke rumahnya orangtua kaget bukan kepalang terutama ibunya, sedang bapaknya masih asyik asyik aja dengan "burungnya". Aku tahu  mungkin burung yang berada disangkar itu burung yang memiliki nilai jual, setahuku berkosar Rp 250.000-jutaan rupiah. Kulihat sekilas burung itu yang saling bersahutan, apa seeh yang menarik, okelah mamang suara dan bentuknya indah tapi bagiku rasanya sayang sekali uang segitu untuk seekor burung.Cuman yang aku tidak paham, kenapa dia malah asyik dengan burungnya, bukankah kedatanganku adalah atas  nama pihak sekolah dan biasanya karena anaknya lagi ada masalah  disekolah. Apakah sperti ini potret seorang ayah yang seolah menyerahkan segala urusan pendidikan pada seorang ibu.Begitu luar biasanya ibu, dia masih ikut juga membantu perekonomian keluarga dengan menunggu kios kelontong yang sekaigus kios "burung". Lalu cukupkah ayah menyerahkan urusan pendidikan pada sang ibu. Ditengah rasa kecewa juga kusampaikan kurangnya rasa kepedulian orangtua bahkan mengambil rapor ke sekolah saja sampai tidak ada waktu. ambil rapor itu adalah sebuah moment penting bisa sharing dengan bapak ibu guru disekolah sehingga bisa tahu perkembangan anak, dari pertemuan itu pula bisa saling memberi masukan dan pemantauan anak
  2. Si B, dengan karakteristik anak yang luar biasa, kadang aku heran dengannya masih usia remaja belum usia 17th orangtua sudah memberinya fasilitas sepeda motor. Rasa penasaran itulah ditambah beberapa hari tidak sampai sekolah membawaku melakukan tinjauan langsung. Agak terpana juga aku menjumpainya, orangtua yang petani dan terkesan hidup dengan kesederhanaan, jelas mereka orangtua yang sangat lugu, bahkan kukira HP saja pasti tidak bisa. Lagi lagi yang banyak berkomunikasi denganku adalah sang ibu, sudah kupancing berkali-kali supaya ayah itu mengatakan segala hal tentang anak, namun ayah yang pendiam itu seakan tidak tahu tentang anak, seorang ayah petani yang hanya tahu tentang sawah ladang yang dimilikinya tanpa tahu karakteristik anak.Disinikah peran ayah yang lugu, menyerahkan segala urusan anak pada sang ibu,yang dia pikirkan adalah hasil panen saja, semntara ibu yang terlalu memanjakan anak karena anak itu adalah anak bungsu diantara 4 saudaranya yang semuanya sudah besar, anak bontot kesayangan ibu,anak bontot yang selalu dimanja sang ibu?? Lihatlah anak itu dengan nakalnya telah mempergunakan fasilitas orangtua yang seharusnya diberi motor biar cepat sampai sekolah tapi kadang justru motor diparkir ditempat lain, sementara baru ini yang penggaian yang baru bisa.
  3. Perjalanan belu usai, sesampainya dijalan sekilas kulihat anak denganm seragam yang sama  kulihat dari kejauhan,yah,...benar bukankah dia si C, anak yang memang suka naik motor dengan kecepatan tinggi. Yah, anak itu memang ramah denganku dia sering menyapaku. Nmaun aku tak habis mengerti hari ini bisa-bisanya dia "kongkow' dijalanan berseragam sekolah. Rasanya kesempatan ini harus kuselesaikan, karena aku sudah tahu persis alamatnya langsung aku menuju sasaran, dan kujumpai dirumah itu seorang ayah bersama dengan neneknya, pada awalnya kusimpulkan ayah ini cukup perhatian dengan anaknya, dia memberi anak fasilitas dengan harapa anak bisa "ndalan" rajin sekolah. Namun tatkala pembicaraan bergulir dan nenek ikut nimbrung, dapat kuraba ada "konflik intern" dikeluarga ini.Yah..sang ayah yang seharusnya pemimpin nakhoda kapal mungkin saja tidak seiya sekata dengan sang ibu.Yang pasti ini baru yang tampak dipermukaan saja...
  4. Akhirnya pengembaraanku hari itu usai sudah, dan itu baru awaknya selanjutnya masih perlu pengembangan lagi, hanya catatan kecil bagiku bukannya aku memposisisikan pada sang anak kenakalan mereka bisa saja merupakan ungkapannya "Sayangi aku ayah"