Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan kemudian menjadi orang tua, hanyalah
merupakan proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap tugas
perkembangan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa perkembangan
yang harus dilalui oleh seorang manusia.
Setiap masa perkembangan memiliki ciri-ciri tersendiri. Dan masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja, dimana
pada masa ini remaja sering dianggap sebagai masa yang penuh gejolak, para ahli
sering mengistilahkan sebagai “masa badai dan topan”, suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Masa remaja
sering menimbulkan kekhawatiran para orang tua, sebaliknya bagi remaja sendiri
yang mengalaminya, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam
kehidupannya.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam
belas tahun dan akhir masa remaja adalah usia 17 atau 18 tahun. Seperti halnya
dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya atau
sesudahnya. Salah satu cirinya, adalah masa remaja sebagai usia bermasalah,
dikarenakan remaja merupakan masa peralihan di mana seorang remaja sudah tidak
patut lagi dikatakan anak-anak disisi lain, juga belum “wangun plus masih wagu”
bila dikatakan orang dewasa, sehingga kadang-kadang mereka dalam mencari pola
hidup yang sesuai dirinya dilakukan dengan cara coba-coba. Kesalahan demi
kesalahan sering diperbuat, hingga banyak menimbulkan kekhawatiran
lingkungannya (baca : orang tua/ guru). Kesalahan yang menimbulkan masalah bagi
lingkungan inilah yang sering dikatakan sebagai kenakalan remaja.
Beberapa faktor timbulnya kenakalan remaja:
1. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan awal
pembentuk kepribadian anak remaja. Kenakalan remaja bisa jadi merupakan hasil
pengaruh pola asuh orang tua, diantaranya adalah kurang kasih sayang dari orang
tua, disiplin orang tua yang tidak konsisten, perlakuan orang tua yang terlalu
keras pada anak.
2. Faktor Teman Bermain
Seorang
teman bagi remaja adalah segala-galanya, di kalangan remaja memiliki banyak teman merupakan suatu prestasi yang
membanggakan, semakin banyak teman, makin tinggi nilai mereka di mata
teman-temannya. Apalagi mempunyai teman di kalangan orang terkenal atau orang
terkaya, misal : anak seorang pejabat atau artis terkenal. Bahkan orangtua pun
sangat bangga bila anaknya mempunyai teman bergaul di kalangan tertentu
tersebut. Walaupun kebanggaan tersebut bersifat semu belaka, karena bila tidak
dapat mengimbangi pola/ gaya hidupnya, remaja akan timbul frustasi yang pada
akhirnya akan melarikan kekecewaannya pada obat-obatan terlarang, mencuri,
stress dll.
3. Penggunaan Waktu Luang dan Uang Saku
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada
baiknya orang tua juga ikut memikirkannya pula. Sebab adakalanya waktu luang
oleh remaja diisi dengan kegiatan-kegiatan yang kurang baik misalnya ngebut
tanpa pakai helm, nongkrong di pinggir jalan sampai larut malam, minum-minuman
keras. Oleh karena itu orang tua harus dapat memberi perhatian pada keluarga
dengan cara mengisi waktu luang dengan acara keluarga sekaligus sebagai sarana
rekreasi. Sedang berkaitan dengan uang saku, orang tua kadang kala dalam memberikan
uang saku anaknya “melebihi apa yang seharusnya”. Banyak orang tua berpandangan
bahwa dengan uang saku banyak anak remaja akan lebih giat belajar, lebih rajin
dan patuh. Tapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa anak yang diberi uang saku
banyak sering menggunakan uang dengan boros dan berfoya-foya. Pemberian uang
saku kepada remaja memang harus dilakukan, namun orang tua harus juga
memberikan pengertian kepada anak untuk bisa menghargai uang bahwa uang dapat
diperoleh dengan kerja dan kucuran keringat maka anak harus dibiasakan untuk
menghargai uang dengan cara menabung.
4. Pergaulan Bebas
Di zaman ini kebebasan bergaul sudah di ambang mengkhawatirkan. Remaja
sekarang sudah sangat “transparan” dalam bergaul dengan lawan jenis. Kalau
ditengok tempat rekreasi, banyak remaja dengan cueknya bergandeng tangan bahkan
berangkulan mesra tanpa malu-malu lagi. Mereka sudah kenal pacaran di awal
remaja, bagi remaja punya pacar dapat meningkatkan kepercayaan diri (PD) bahkan
dengan bangganya pacarnya sering dikenalkan dengan teman-teman sekelompoknya,
saking bebasnya pacaran dan minimnya pengetahuan tentang seks,akibatnya banyak
yang hamil di luar nikah. Oleh karena itu orang tua harus jeli dalam melihat
pergaulan anak-anaknya, terutama anak remaja yang sudah mempunyai pacar, dalam
memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta.
Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan, di sisi lain
orang tua hendaknya selalu menjalin komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya
sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orang tua,
remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala
akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual.
5. Pengaruh Teknologi dan Media Massa
Di zaman teknologi maju ini
segala informasi mudah mengaksesnya, satu sisi kemajuan di bidang teknologi
berpengaruh positif dan disisi lain bersifat negatif.
Dari sisi negatif dapat ditengok berbagai sajian dari majalah maupun
televisi sekarang ini banyak menyodorkan berbagai gambar yang sangat vulgar dan
tidak pantas dikonsumsi oleh remaja, sama halnya dengan teknologi internet,
remaja sering mampir di café internet hanya ingin melahap gambar-gambar porno
maupun bermain games.
Di sini orang tua perlu sekali
mengarahkan anaknya untuk bisa memeilih informasi yang bermanfat dan yang tak
berguna, selain itu orang tua hendaknya membekali anak remaja dengan agama yang
kuat.
Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Sesibuk apapun pekerja
an orang
tua, hendaknya bisa memberikan arahan, pedoman dasar tentang pergaulan anak
remajanya. Dengan bekal tersebut anak kemana saja pergi akan selalu ingat pesan
orang tua dan dapat menjaga dirinya sendiri. Anak menjadi mandiri dan dapat
dipercaya, karena dirinya sendirilah yang akan mengendalikan dirinya sendiri.
Adapun salah satu diantara caranya adalah sebagai berikut:
1. Pola asuh Orang tua
Remaja berbuat anti sosial salah satunya adalah cara mendidik anak
remaja dengan didikan “ala militer yang membabi buta”. Kurangnya kasih sayang
dari orang tuanya dan sejenisny, berbagai studi mengatakan bahwa anak-anak
nakal lebih cenderung berasal dari keluarga berantakan (broken home). Banyak
ilmuwan sosial dan orang awam beranggapan bahwa banyak anak-anak nakal
merupakan korban
penyimpangan sosial dari kondisi keluarga abnormal.
Melihat hal tersebut di atas, orang tua perlu memberi perhatian dan keteladanan
bagi para remaja di dalam keluarga.
1. Malu berbuat jahat
Dalam memberikan pendidikan
orang tua hendaknya tegas dapat menunjukkan kepada anak perbedaan dan akibat
dari perbuatan baik dan tidak baik. Apabila anak sudah jelas dapat membedakan
kebaikan dan keburukan, tahap berikutnya adalah menumbuhkan rasa malu untuk
melakukan kejahatan. orang tua bila mengetahui bahwa anaknya melakukan suatu
perbuatan tidak pantas maka katakan segera bahwa hal itu memalukan. Baru
berikan saran agar tidak mengulangi perbuatan lagi, bila perbuatan masih
diulangi, berilah sangsi, tentunya dengan hukuman yang mendidik.
2. Takut akibat perbuatan jahat
Apabila anak bertambah besar,
orang tua selain menunjukkan bahwa suatu perbuatan tertentu tidak pantas,
memalukan untuk dilakukan anaknya, maka orang tua juga memberikan uraian
tentang akibat yang ditimbulkan dari perbuatan buruknya. Selain akankena anak
itu (baca: hukum karma) sendiri juga perlu diterangkan pula dampak negatif yang
akan diterima pula oleh orang tua, saudaranya serta lingkungannya.
Dengan rasa kasih sayang dan menumbuhkembangkan
perasaan malu dan takut melakukan
perbuatan yang tidak baik ataupun berbagai bentuk kejahatan inilah yang akan
menjadi “Penjaga setia” dalam diri setiap remaja. Kemanapun remaja pergi, ia
akan selalu mengingat dan melaksanakan pesan orang tua. Ia akan dapat
menempatkan dirinya sendiri dalam lingkungan apapun juga sehingga akan mampu
membahagiakan dirinya, orangtua dan juga lingkungannya.