Rita tiaswari

Perempuan, 25 tahun

Yogyakarta, Indonesia

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.
| ::

Navbar3

Cari Blog Ini

Kamis, 22 Agustus 2013

Masa Remaja Masa yang Indah

Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan kemudian menjadi orang tua, hanyalah merupakan proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap tugas perkembangan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa perkembangan yang harus dilalui oleh seorang  manusia. Setiap masa perkembangan memiliki ciri-ciri tersendiri. Dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja, dimana pada masa ini remaja sering dianggap sebagai masa yang penuh gejolak, para ahli sering mengistilahkan sebagai “masa badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Masa remaja sering menimbulkan kekhawatiran para orang tua, sebaliknya bagi remaja sendiri yang mengalaminya, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam kehidupannya.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun dan akhir masa remaja adalah usia 17 atau 18 tahun. Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya atau sesudahnya. Salah satu cirinya, adalah masa remaja sebagai usia bermasalah, dikarenakan remaja merupakan masa peralihan di mana seorang remaja sudah tidak patut lagi dikatakan anak-anak disisi lain, juga belum “wangun plus masih wagu” bila dikatakan orang dewasa, sehingga kadang-kadang mereka dalam mencari pola hidup yang sesuai dirinya dilakukan dengan cara coba-coba. Kesalahan demi kesalahan sering diperbuat, hingga banyak menimbulkan kekhawatiran lingkungannya (baca : orang tua/ guru). Kesalahan yang menimbulkan masalah bagi lingkungan inilah yang sering dikatakan sebagai kenakalan remaja.




Beberapa faktor timbulnya kenakalan remaja:
1.    Faktor Keluarga
Keluarga merupakan awal pembentuk kepribadian anak remaja. Kenakalan remaja bisa jadi merupakan hasil pengaruh pola asuh orang tua, diantaranya adalah kurang kasih sayang dari orang tua, disiplin orang tua yang tidak konsisten, perlakuan orang tua yang terlalu keras pada anak.
2.    Faktor Teman Bermain
Seorang teman bagi remaja adalah segala-galanya, di kalangan remaja memiliki  banyak teman merupakan suatu prestasi yang membanggakan, semakin banyak teman, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mempunyai teman di kalangan orang terkenal atau orang terkaya, misal : anak seorang pejabat atau artis terkenal. Bahkan orangtua pun sangat bangga bila anaknya mempunyai teman bergaul di kalangan tertentu tersebut. Walaupun kebanggaan tersebut bersifat semu belaka, karena bila tidak dapat mengimbangi pola/ gaya hidupnya, remaja akan timbul frustasi yang pada akhirnya akan melarikan kekecewaannya pada obat-obatan terlarang, mencuri, stress dll.
3.    Penggunaan Waktu Luang dan Uang Saku
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya orang tua juga ikut memikirkannya pula. Sebab adakalanya waktu luang oleh remaja diisi dengan kegiatan-kegiatan yang kurang baik misalnya ngebut tanpa pakai helm, nongkrong di pinggir jalan sampai larut malam, minum-minuman keras. Oleh karena itu orang tua harus dapat memberi perhatian pada keluarga dengan cara mengisi waktu luang dengan acara keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Sedang berkaitan dengan uang saku, orang tua kadang kala dalam memberikan uang saku anaknya “melebihi apa yang seharusnya”. Banyak orang tua berpandangan bahwa dengan uang saku banyak anak remaja akan lebih giat belajar, lebih rajin dan patuh. Tapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa anak yang diberi uang saku banyak sering menggunakan uang dengan boros dan berfoya-foya. Pemberian uang saku kepada remaja memang harus dilakukan, namun orang tua harus juga memberikan pengertian kepada anak untuk bisa menghargai uang bahwa uang dapat diperoleh dengan kerja dan kucuran keringat maka anak harus dibiasakan untuk menghargai uang dengan cara menabung.
4.    Pergaulan Bebas
Di zaman ini kebebasan bergaul sudah di ambang mengkhawatirkan. Remaja sekarang sudah sangat “transparan” dalam bergaul dengan lawan jenis. Kalau ditengok tempat rekreasi, banyak remaja dengan cueknya bergandeng tangan bahkan berangkulan mesra tanpa malu-malu lagi. Mereka sudah kenal pacaran di awal remaja, bagi remaja punya pacar dapat meningkatkan kepercayaan diri (PD) bahkan dengan bangganya pacarnya sering dikenalkan dengan teman-teman sekelompoknya, saking bebasnya pacaran dan minimnya pengetahuan tentang seks,akibatnya banyak yang hamil di luar nikah. Oleh karena itu orang tua harus jeli dalam melihat pergaulan anak-anaknya, terutama anak remaja yang sudah mempunyai pacar, dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan, di sisi lain orang tua hendaknya selalu menjalin komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orang tua, remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual.

5.    Pengaruh Teknologi dan Media Massa
Di zaman teknologi maju ini segala informasi mudah mengaksesnya, satu sisi kemajuan di bidang teknologi berpengaruh positif dan disisi lain bersifat negatif.
Dari sisi negatif dapat ditengok berbagai sajian dari majalah maupun televisi sekarang ini banyak menyodorkan berbagai gambar yang sangat vulgar dan tidak pantas dikonsumsi oleh remaja, sama halnya dengan teknologi internet, remaja sering mampir di café internet hanya ingin melahap gambar-gambar porno maupun bermain games.
Di sini orang tua perlu sekali mengarahkan anaknya untuk bisa memeilih informasi yang bermanfat dan yang tak berguna, selain itu orang tua hendaknya membekali anak remaja dengan agama yang kuat.
Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Sesibuk apapun pekerja
an orang tua, hendaknya bisa memberikan arahan, pedoman dasar tentang pergaulan anak remajanya. Dengan bekal tersebut anak kemana saja pergi akan selalu ingat pesan orang tua dan dapat menjaga dirinya sendiri. Anak menjadi mandiri dan dapat dipercaya, karena dirinya sendirilah yang akan mengendalikan dirinya sendiri.

Adapun salah satu diantara caranya adalah sebagai berikut:
1.    Pola asuh Orang tua
Remaja berbuat anti sosial salah satunya adalah cara mendidik anak remaja dengan didikan “ala militer yang membabi buta”. Kurangnya kasih sayang dari orang tuanya dan sejenisny, berbagai studi mengatakan bahwa anak-anak nakal lebih cenderung berasal dari keluarga berantakan (broken home). Banyak ilmuwan sosial dan orang awam beranggapan bahwa banyak anak-anak nakal merupakan korban 
penyimpangan sosial dari kondisi keluarga abnormal. Melihat hal tersebut di atas, orang tua perlu memberi perhatian dan keteladanan bagi para remaja di dalam keluarga.
1.    Malu berbuat jahat
Dalam memberikan pendidikan orang tua hendaknya tegas dapat menunjukkan kepada anak perbedaan dan akibat dari perbuatan baik dan tidak baik. Apabila anak sudah jelas dapat membedakan kebaikan dan keburukan, tahap berikutnya adalah menumbuhkan rasa malu untuk melakukan kejahatan. orang tua bila mengetahui bahwa anaknya melakukan suatu perbuatan tidak pantas maka katakan segera bahwa hal itu memalukan. Baru berikan saran agar tidak mengulangi perbuatan lagi, bila perbuatan masih diulangi, berilah sangsi, tentunya dengan hukuman yang mendidik.
2.    Takut akibat perbuatan jahat
Apabila anak bertambah besar, orang tua selain menunjukkan bahwa suatu perbuatan tertentu tidak pantas, memalukan untuk dilakukan anaknya, maka orang tua juga memberikan uraian tentang akibat yang ditimbulkan dari perbuatan buruknya. Selain akankena anak itu (baca: hukum karma) sendiri juga perlu diterangkan pula dampak negatif yang akan diterima pula oleh orang tua, saudaranya serta lingkungannya.


Dengan rasa kasih sayang dan menumbuhkembangkan perasaan malu dan  takut melakukan perbuatan yang tidak baik ataupun berbagai bentuk kejahatan inilah yang akan menjadi “Penjaga setia” dalam diri setiap remaja. Kemanapun remaja pergi, ia akan selalu mengingat dan melaksanakan pesan orang tua. Ia akan dapat menempatkan dirinya sendiri dalam lingkungan apapun juga sehingga akan mampu membahagiakan dirinya, orangtua dan juga lingkungannya.

Belajar itu menyenangkan....

Belajar merupakan masalah setiap orang, sehingga tidak mengherankan bila belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kita. Begitu sangat terkenalnya istilah belajar, sehinga seolah-olah setiap orang sudah dengan sendirinya mengerti akan istilah belajar. Apakah pengertian mereka tentang belajar sudah seragam? Para ahlipun belum mempunyai batasan yang seragam, apalagi orang awam. Menurut Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Moh Surya setelah membandingkan batasan belajar dari beberapa ahli, menyimpulkan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.

Dari batasan ini dapat diidentifikasikan ciri-ciri belajar sebagai berikut:
1.   Dalam belajar ada perubahan tingkah laku, baik tingkah laku yang dapat diamati secara langsung maupun tingkah laku yang tidak dapat diamati secara langsung.
2.  Dalam belajar, perubahan tingkah laku meliputi tingkah laku kognitig, afektif, psikomotorik dan campuran.
3.  Dalam belajar, perubahan tingkah laku menjadi sesuatu yang relatif menetap. Bila seseorang dengan belajar menjadi dapat membaca, maka kemampuan membaca akan tetap dimiliki.
4.  Belajar merupakan suatu proses usaha, yang artinya belajar berlangsung dalam kurun waktu cukup lama. Hasil belajar yang berupa tingkah laku dapat diamati tetapi proses belajar sendiri tidak dapat diamati secara langsung.

Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar:
Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu: Faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar dan faktor yang berasal dari luar diri individu.
Faktor yang berasal dari individu dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor psikis dan faktor fisik, yang termasuk faktor psikis adalah kognitif, afektif, psikomotor, campuran, kepribadian. Sedangkan  yang termasuk faktor fisik antara lain kondisi: indera, anggota badan, tubuh dan organ-oragan dalam tubuh. Faktor psikis dan fisik ini, keadaannya ada yang ditentukan oleh faktor keturunan, ada yang oleh faktor lingkungan dan ada pula yang ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Dengan uraian ini jelas bila guru harus memperhatikan perbedaan individu (dalam hal ini peserta didik) dalam memberi pelajaran kepada mereka, supaya dapat menangani sesuai dengan kondisi peserta didiknya untuk menunjang keberhasilan belajar, karena faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik, satu dengan yang lain sangat berbeda. Adapun mengenai faktor yang berasal dari luar individu dapat dikelompokkan menjdai faktor lingkungan alam, faktor sosial ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, materi pelajaran, sarana dan prasarana.

Pengaruh faktor-faktor tersebut dalam proses dan hasil belajar diuraikan sebagai berikut:
Individu dengan faktor fisik kurang baik, misalnya anggota badan lelah, sakit, anggota ada yang kurang beres, tentu tidak dapat konsentrasi belajar dan sukar menelaah meateri pelajarannya. Keadaan ini lebih kacau bila disertai kurang penglihatan dan kurang pendengaran. Dalam keadaan komplikasi seperti ini sebaiknya proses belajar dihentikan terlebih dahulu. Tetapi bila individu hanya mengalami kurang penglihatan atau kurang pendengaran saja, proses belajar dapat berlangsung, tetapi harus disesuaikan dengan keadaan individu, misalnya bila individu kurang pendengaran, proses belajar lebihbaik kkmengurangi terlibatnya pendengaran sebelum kekurangan pendengaran diperbaiki.

Individu yang mengalami ganggunan dalam salah satu faktor psikis, misal tingkat kecerdasan terlalu rendah tentu sukar menelaah materi pelajaran walaupun materi pelajaran tersebut sangat sederhana. Dari hasil penelitian para ahlli, diperkirakan 25% hasil belajar dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan. Dengan demikian supaya prestasi belajar individu yang mempunyai IQ rendah, proses belajar harus disesuaikan kondisinya. Misalnya kalimat dalam buku-buku bacaan diusahakan pendek dan sederhana.

Individu dengan gangguan psikis yang lain misalnya sukar mengikuti, daya fantasi lemah,juga dibutuhkan proses belajar yang disesuaikan dengan kelemahannya, bila ingin peningkatan dalam prestasi belajarnya. Berbicara soal faktor psikis yang mempengaruhi belajar, tidak boleh ditinggalkan mengenai peranan arousal dan motivasi. Arousal adalah suatu peningkatan kesiapsiagaan dan ketegangan otot. Individu, supaya dapat belajar secara efisien harus dalam keadaan arousal,yang artinya harus bangun, sadar dan memperhatikan lingkungan secara tajam. Sedangkan motivasi adalah kondisi psikis yang mendorong seseorang untuk  melakukan sesuatu, yang berarti pula kondisi psikis yang mendorong belajar seseorang. Motivasi diperlukan bagi “Reinforcement” yaitu stimulus yang memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki, yang merupakan kondisi mutlak bagi proses belajar.

Mengenai faktor yang berasal dari luar diri individu, pengaruhnya antara lain sebagai berikut: Lingkungan alam yang panas, gersang atau lembab dan berbau, menyebabkan orang enggan belajar atau kalau belajar mereka sukar menangkap informasi yang diberikan. Tetapi alam yang sejuk, membantu orang lebih giat belajar, mengenai faktor sosial, lingkungan hiruk pikuk atau justru yang sunyi senyap juga mengganggu konsentrasi belajar. Ada sementara orang yang dapat belajar bila ada iringan musik atau sambil makan camilan, Tetapi ada yang sebaliknya, tanpa musik dan camilan.

Dalam lingkungan sosial ekonomi baik dalam lingkungan yang kurang maupun dalamlingkungan yanglebih, dapat mengganggu atau melancarkan proses belajar. Yang dapat mengganggu kelancaran belajar misalnya dalam lingkungan sosial ekonomi yang kurang, anak ingin melanjutkan sekolah tetapi orang tua